When You Come ( part 4.1 )

When you come




(Rekreasi Murah), Katanya, laki-laki itu enggak peka

"Widih! Alig nih si Bos. Sekarang nikah sudah enggak dikasih cuti atau bagaimana sih? Masa pengantin baru berapa hari sudah masuk kerja lagi aja." seru Alara sambil meletakkan tas di mejanya.

"Enggak usah lemes deh anda kalau mau selamat dari lemparan heels tujuh senti gue."

"Galak amat sih Naaa. Kayak belum dikasih jatah aja sama suami." sahutnya sambil terkikik geli.

Aku langsung meliriknya sinis.

"Lagian lo ngapain sih sudah masuk aja, Na? Gue kira nih ya, lo tuh lagi di salah satu kota eksotis di Eropa sana."

Aku mendengus malas, "Kan gue sudah pernah cerita, Ibu Alara. Suami gue yang luar biasa itu enggak mengadakan acara honeymoon-honeymoon-an. Jadi ngapain gue cuti lama-lama kan? Sayang jatah cuti gue cuy."

"Ya elo yang enggak minta kali. Gue yakin kok kalau lo minta nih, kayaknya lo minta keliling dunia juga dilakukan sama laki lo."

"Raaa, harusnya ya dia peka dong. Yang namanya nikah itu pasti ada yang namanya honeymoon. Enggak usah keliling dunia deh, ke Raja Ampat atau Labuan Bajo aja gue sudah girang lahir batin." Aku menghela nafas sebelum melanjutkan ucapanku, "Tapi kayaknya, setelah dipikir-pikir, kayaknya salah gue juga deh, Ra." kataku sambil terus memikirkan suatu hal di kepalaku.

"Kenapa? Beneran enggak minta bulan madu kan lo pasti? Lo enggak pernah ada bahas-bahas bulan madu kan pasti kan? Hah? Ngaku."

Aku langsung menatapnya tanpa ekspresi. Ini kenapa si Alara jadi nyolot sih?

"Jadi ya Ra, dia tuh pernah nanya sama gue gini, 'Kamu mau honeymoon?' terus saat itu gue bilang, 'Enggak usah lah ya? Memangnya kamu bisa ninggalin kerjaan kamu untuk honeymoon?'". Aku mereka ulang percakapanku dan Mas Askha beberapa hari sebelum kami menikah.

"Terus?"

"Dia diam sebentar, Ra. And you know what? He just said one word, 'Oke'. Luar biasa bukan laki gue?"

Seketika Alara tertawa terbahak-bahak, bahkan sebelum aku merapatkan mulutku. Kampret.

"Yeee malah ketawa lagi lo!"

"Sorry-sorry, Na. Tapi sumpah ya ini kocak banget tahu enggak? Lo suruh si Askha lebih mundur deh, Na. Lempengnya sudah kelewatan tuh."

Sahabatku ini masih terus tertawa. Sialan betul anak satu ini. Bisa-bisanya dia terbahak-bahak di atas penderitaanku. Setelah merasa puas, Alara lalu berdeham. Tapi bibirnya masih bergetar karena menahan tawanya.

When you come



"Itu sama aja lo nolak secara halus, Nianaaa. Lo sih sok-sokan bilang begitu. Giliran dia okein, jadi nyesel kan lo sekarang."

"Hell to the o, hellooo! Peka dong Raa, peka! Masa yang kayak gitu pakai ditanya atau gue yang minta sih? Perasaan dulu yaa, si Mas Valen langsung kasih paket honeymoon eksklusif deh ke Mbak Arien."

Alara sontak berdecak malas, "Kayak ABG baru kenal cowo ah lo, Na. Tipe-tipe cowo itu kan banyak kali, Na. Mendingan nih ya, saran gue nih sebagai sahabat lo, buruan deh sekarang WA suami lo itu. Call kalau perlu. Eh tunggu-tunggu, mending lo langsung booking paket honeymoon aja deh. habis itu baru lo bilang ke dia kalau lo sudah booking paket honeymoon. Pasti nanti langsung jadi deh kalian honeymoon. Siapa tahu pakai bonus direimburse tuh duit booking lo."

"Iya kalau beneran gitu. Kalau dia bilang, 'Kok tiba-tiba? Aku ndak bisa dadakan. Bisa direfund aja kan?' Bagaimana Alara, bagaimanaaa?"

Kedua mata Alara melirik ke atas dan bergerak ke kanan dan ke kiri. Mulutnya manyun-manyun. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya yang sedikit terbelah itu.

"Ya sudah gini aja, lo bilang aja kalau tiba-tiba lo ingin honeymoon karena habis lihat iklan paket honeymoon gitu."

Aku langsung memikirkan kata-kata Alara sambil memoles lipstikku. Apa bisa aku pakai cara itu buat mengajak Mas Askha bulan madu? Secara waktu itu, aku yang menolaknya meskipun itu penolakan secara halus kalau kata si Alara tadi.

Aku bergegas mengambil ponselku dan membuka aplikasi Whatsapp. Membiarkan ruang obrolanku dengan Mas Askha terbuka sambil memantapkan hatiku sebelum aku benar-benar mengikuti saran Alara barusan.

Ketik, hapus. Ketik, hapus. Ketik lagi, hapus lagi.

Aaarrgghhhh!!!

Aku meletakkan kembali ponselku di meja dengan sedikit kasar. Lalu tak lama, terdengar suara-suara dari kejauhan yang lama-kelamaan jadi terdengar jelas olehku. Suara Pak Ferdi, Mas Ardo, dan seorang lagi entah itu siapa. Tapi kok terdengar familiar sekali ya suara yang satu ini? Didetik berikutnya, mulutku menganga seketika begitu mendapati suamiku yang berdiri di sana.  Berjalan santai bersama dengan Bos dan Kepala Timku. Kok dia bisa ada di sini???


Bersambung.......




home


Posting Komentar

0 Komentar