Desa Dlepih wonogiri, saksi bisu pertemuan Danang Suto Wijoyo dengan Kanjeng Ratu Kidul

Desa dlepih




(Rekreasi Murah),  Salam Budaya, lestati budayaku, apa kabar para pecinta rekreasi murah, seperti artikel artikel sebelumnya yang masih membahas tentang sejarah dan budaya, beberapa waktu lalu saya mendengar ada sebuah tempat di wonogiri yang konon katanya menjadi tempat pertemuan Danang Suto Wijoyo dengan Ratu Kidul. Tempat itu bernama Kahyangan yang berada di desa Dlepih, kecamatan Tirtomoyo, kabupaten Wonogiri.

Dan berbekal informasi tersebut saya memberanikan diri untuk menuju kesana. Menurut beberapa info yang saya dapat, tempat ini adalah tempat Danang Suto Wijoyo bermunajat kepada Allah SWT. Sebelum ia dan ayahnya Ki Ageng Pemanahan membabat alas mentaok ( sekarang Kota Gede ) sebagai hadiah dari Sultan Hadi Wijaya Pajang ( Joko Tingkir ). Hadiah berupa wilayah ini merupakan sebuah penghargaan atas jasa penumpasan terhadap pemberontakan yang di lakukan oleh Arya Penangsang kepada kerajaan Pajang. Dan akhirnya menjadi awal dari kerjaan Mataram islam di Jawa.

Kahyangan bisa di artikan Surga, dan memang benar sesampainya di tempat ini aura mistis sangat terasa, hembusan angin pegunungan juga mulai terasa dingin sepanjang perjalan kita dari parkiran menuju tempat bermunajatnya Danang suto Wijoyo, dari parkiran tempat pertama yang akan kita temui adalah " Selo Bethek " tempat ini merupakan tempat pertama.  Bentuknya berupa batu besar yang ada celahnya ke dalam sehingga bisa di pergunakan untuk berteduh.

Dlepih kahyangan


Tempat kedua sebelum kita sampai tempat utama, para pecinta rekreasi murah harus melawati gerbang alam berupa batuan andesit besar yang saling bertemu dan menyisakan sedikit celah sebagai pintu masuk ke tempat utama, tempat ini di sebut " watu Gapit " atau " Sela Penangkep ".  Setelah melawati  " Sela Penangkep " barulah kita sampai ke tempat utama yang di pakai Danang Suto Wijoyo bermunajat, tempat ini di sebut dengan " Watu Payung " bentuknya mirip dengan selo bethek namun di watu payung ini batunya lebih besar dan memiliki ruang yang lebih lebar pula,  

Kegiatan Danang Suto Wijoyo selama di tempat ini seperti hal nya umat muslim pada umumnya, hanya saja di lakukan dengan cara menepi dari hiruk pikuk keramaian. Maka beliau juga mempunyai tempat peshalatan. Yang di beri nama " Watu Pasujudan " dan berlokasi beberapa saat setelah kita melewati watu payung.  Dimana di bawah tempat ini terdapat sebuah kedung lokasi hulunya sungai, disinilah beliau melakukan mandi.

Dlepih kahyangan

 " dikedung ini menurut sejarah adalah tempat yang paling keramat, karena di tempat ini beliau melakukan perjanjian dengan kanjeng ratu kidul, bahwa kanjeng ratu kidul bersedia membantu danang suto wijoyo membangun keraton apabila beliau bersedia memperistrinya " terang pak Warto sebagai juru kunci tempat ini.

" namun beberapa saat pertemuan tersebut terputus karena kyai Puju yang sedang mencari istrinya, nyai puju mengetahui proses terjadinya pertemuan tersebut. Seketika kanjeng ratu kaget dan bergegas pergi menghilang sembari berpegangan pada tasbih Danang suto Wijoyo. Dengan serta merta biji tasbih pun bertebaran masuk ke dalam air kedung tersebut " pak warto melanjutkan.

Setelah kejadian itu banyak warga yang berpendapat bahwa yang dapat menemukan biji-biji tasbih itu maka juga akan mendapatkan karohmah seperti hal nya beliau. Di watu payung terdapat sebuah pintu kecil yang bertuliskan " hidup tanpa usaha itu bohong, dan usaha tanpa doa itu sombong " sebuah pesan moral yang sangat menggelitik dan mengingatkan iman kepada para pengunjung.

Terlepas dari benar tidaknya kahyangan menjadi saksi bisu pertemuan Danang Suto Wijoyo dengan Kanjeng Ratu Kidul dalam mewujudkan berdirinya kerajaan islam Mataram, sebagai seseorang yg beriman kita tetap yakin bahwa alam ghaib itu ada dan benar adanya, manusia dan bansa jin di ciptakan hanya untuk beridah kepada-Nya.

Dlepih kahyangan





home


Posting Komentar

0 Komentar