When You Come ( part 4.2 )

When you come ( part 4 )




(Rekreasi Murah), Mas Askha terus berjalan bahkan dia melewatiku begitu saja. Sama sekali tanpa menoleh bahkan melirik ke arahku. Sedangkan aku terang-terangan mengikuti pergerakannya dari dia muncul di pintu sampai hilang di balik pintu ruangan Pak Ferdi dengan ekspresi kagetku.

Bagaimana bisa dia sudah muncul di sini? Padahal tadi sewaktu aku berangkat, dia masih ternganga di kasur. Bahkan saat aku pamitpun, dia cuma berdeham dan malah langsung berbalik membelakangiku. Kalau tahu dia mau ke sini juga, tadi aku bareng aja sama dia. Lumayan irit ongkos ojek online. Nyebelin banget memang laki-laki satu ini.

Alara mengetuk mejaku, "Na, lo yakin laki lo umur tiga lima? Bukan dua lima?" Tanya Alara dengan suara super pelannya.

Aku menatapnya sengit. "Ngaco lo. Kalau gue liat KTPnya sih dia kelahiran 83. Sekarang tahun 2018, jadi benerlah dia umur 35, cuy." Jawabku sambil ikut berbisik juga.

"Sengaja ditua-tuain kali tuh, Na. Masa iya sudah 35 tapi masih hot kinyis-kinyis banget gitu?"

"Heh heh heh! Jangan ngadi-ngadi ya lo, Ra. Dilarang muji-muji suami gue kayak gitu."

Alara tidak menjawabku lagi, dia cuma mencebikkan bibirnya lalu menatap layar komputer di depannya. Sedangkan aku berpikir sejenak. Benar juga sih kata Alara.

Mas Askha barusan hanya pakai polo shirt berwarna navy dan celana light blue jeans panjang, ditambah dengan sneakers Nike favoritnya. Dengan outfit sesederhana itu, dia terlihat sangat menggoda sekali. Benar-benar tidak terlihat seperti pria berusia 35 tahun.

When you come



Ting!

Satu pesan masuk di ponselku membuyarkan lamunanku. Aku langsung mengambil ponselku dan membuka pesan yang ternyata dari Mas Askha.

Mas Suami:
Lipstikmu terlalu merah. Mau kerja/jd ondel2?
Ganti dgn warna coklat yg biasa kamu pakai.

What? Apa katanya? Ini seri Monte Carlo yang merahnya seksi pakai banget menurutku. Terus dia bilang apa? Kayak ondel-ondel?! Oh, sudah bosan hidup dia rupanya. Terus dia juga bilang warna cokelat? Oh God. Para beauty vlogger sepertinya akan menangis kalau mendengar ini. Warna nude yang natural tapi sangat cantik itu disebut cokelat. Yaa memang mirip sih. Tapi tetep beda ah pokoknya, titik. Luar biasa memang suamiku ini.

Aku menarik nafasku sambil beristighfar di dalam hati. Lalu aku menghembuskan nafasku lagi dengan perlahan dan masih sambil beristighfar. Aku lalu menatap ruangan Pak Ferdi dengan sengit.

"BILANG AJA kalau GUE CUMA BOLEH PAKAI LIPSTIK MERAH MERONA NAN SEKSI INI kalau LAGI BERDUAAN AJA SAMA LO! Hilih bringsik."

Aku berseru lantang di awal dan mencicit di akhir. Sengaja! Biar si suami nyebelin itu dengar sekalian dan merasa tersindir. Kecuali pas bagian brengseknya. Enggak seberani itulah aku.

Aku menoleh ke arah Alara yang sedang menatapku horor sambil berkata tanpa suara, "Gila ya lo?"

Akupun langsung melotot ke arahnya, "Bodo amat!"

Bersambung.......




home


Posting Komentar

0 Komentar