(Rekreasi Murah),
Dengan
mata yang masih terpejam, aku mendengar suara air yang mengalir. Kubuka mataku
sedikit dan kulihat jam di ponselku, sudah jam lima sore bahkan hampir setengah
enam. Mungkin Mas Askha lagi mandi. Bodo ah, aku capek. Mau tidur-tidur cantik
dulu untuk memulihkan tenagaku.
Begitu
suara air berhenti, aku langsung mengubah posisi dan memejamkan mataku lagi.
Kudengar langkah kaki menjauh dan disusul suara pintu yang bergeser. Kemudian
suara langkah kaki lagi. Pasti Mas Askha lagi mengambil pakaian gantinya.
Tak
lama, terdengar suara pintu tertutup pelan dan langkah kaki yang mendekat ke
arahku. Aku sudah pernah bilang belum kalau wangi lemon khas Mas Askha ini
sering mengganggu konsentrasiku? Termasuk saat aku lagi berpura-pura sekarang
ini. Membuatku dengan sekuat tenaga mencoba tetap memejamkan mataku, sambil
banyak-banyak menghirup aroma lemon segarnya.
"Na.
Na. Niana." ucap Mas Askha sambil menggerak-gerakkan kakiku.
Pasti
dia duduk di tepi ranjang, dekat kedua kakiku.
"Na.
Niana." ucapnya lagi dan kali ini sambil menggerakkan kakiku cukup
kencang.
Astaga,
sungguh pengganggu kenyamananku. Aku menggerakkan kakiku pelan sambil mengubah
posisiku menjadi terlentang. Kemudian, aku sengaja sok-sok mengerjapkan mataku
perlahan ke arahnya.
"Apa
Mas Askha?" tanyaku dengan suara yang kubuat-buat seperti orang yang
sedikit kesal karena terganggu tidurnya.
"Aku
lapar."
"Terus?"
"Kamu
masak. Aku mau makan." sahutnya enteng sambil beranjak dari duduknya dan
berjalan ke arah pintu kamar.
"Kan
bisa delivery dulu sih Mas, kayak
tadi siang. Harus banget nih gangguin aku istirahat?"
Aku
bicara pada diriku sendiri. Dengan suara mencicit pelan pastinya. Mana
beranilah aku ngomong langsung begitu ke Mas Askha. Baru juga kelar pindahan,
bisa-bisa langsung diusir lagi dari sini. Amit-amit.
Mas
Askha langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya ke arahku.
"Kamu
yang masak. Tadi siang kamu sudah bebas tugas siapin makan siang. Jadi wajar
kalau sekarang aku suruh kamu masak untuk makan malam. It's fair enough." katanya lalu menghilang seiring pintu kamar
yang menutup.
Astaga dragon! Aku lupa kalau Mas Askha ini
sungguh luar biasa. Dia bisa mendengar ucapanku tadi yang sudah sangat pelan.
Yaiyalah dia pasti bisa, baca pikiranku aja dia sudah ahli.
---
Sayup-sayup
aku mendengar suara pintu tertutup dari arah belakangku. Dan tak lama,
kurasakan sisi kasur di belakangku yang bergerak. Aku tetap diam dalam posisiku
meskipun aku sudah terbangun sejak beberapa menit lalu. Kubuka sedikit mataku
untuk mengintip jam beker di nakas, sudah jam dua pagi. Aku langsung merapatkan
mataku begitu aku merasakan Mas Askha merapat ke arahku.
"Na?"
katanya pelan.
"Na?"
katanya lagi & aku masih diam.
"Niana?"
Aku
hanya berdeham dan menggerakkan badanku sedikit dengan mata yang masih
kupejamkan.
"Na?"
katanya lagi dan kurasakan kasur kembali bergerak.
Setelahnya,
kurasakan tangan Mas Askha menyentuh bahuku dan mulai bergerak pelan.
"Mas,
aku tuh capek banget deh rasanya hari ini. Jangan ajak aku olahraga dulu yaa. Pleaseee." batinku. Secara takut
dosa cyiinn karena nolak kasih haknya
suami.
And
eureka!
Tanpa
kuduga-duga, tangan Mas Askha tidak bergerilya dan membuatku terbangun.
Tangannya ini malah memijit bahuku pelan tapi tetap terasa tenaganya. Tumben
banget dia inisiatif mijetin aku. Secara kemarin pas masih di rumah orang
tuaku, aku tuh pernah terang-terangan minta pijetin Mas Askha. Efek hari H itu
kayaknya sih. Jadi badanku kayak masih berasa capek dan pegelnya. Dan saat itu,
bukannya dipijetin gitu barang sebentar, aku malah disuruh panggil tukang urut
atau pergi ke tempat spa dong. Mas Askha kan gitu, baiknya suka
setengah-setengah.
Lalu
kali ini, pijatan tangan Mas Askha sukses membawaku kembali ke alam mimpiku.
Dengan
mata yang masih terpejam, aku mendengar suara air yang mengalir. Kubuka mataku
sedikit dan kulihat jam di ponselku, sudah jam lima sore bahkan hampir setengah
enam. Mungkin Mas Askha lagi mandi. Bodo ah, aku capek. Mau tidur-tidur cantik
dulu untuk memulihkan tenagaku.
Begitu
suara air berhenti, aku langsung mengubah posisi dan memejamkan mataku lagi.
Kudengar langkah kaki menjauh dan disusul suara pintu yang bergeser. Kemudian
suara langkah kaki lagi. Pasti Mas Askha lagi mengambil pakaian gantinya.
Tak
lama, terdengar suara pintu tertutup pelan dan langkah kaki yang mendekat ke
arahku. Aku sudah pernah bilang belum kalau wangi lemon khas Mas Askha ini
sering mengganggu konsentrasiku? Termasuk saat aku lagi berpura-pura sekarang
ini. Membuatku dengan sekuat tenaga mencoba tetap memejamkan mataku, sambil
banyak-banyak menghirup aroma lemon segarnya.
"Na.
Na. Niana." ucap Mas Askha sambil menggerak-gerakkan kakiku.
Pasti
dia duduk di tepi ranjang, dekat kedua kakiku.
"Na.
Niana." ucapnya lagi dan kali ini sambil menggerakkan kakiku cukup
kencang.
Astaga,
sungguh pengganggu kenyamananku. Aku menggerakkan kakiku pelan sambil mengubah
posisiku menjadi terlentang. Kemudian, aku sengaja sok-sok mengerjapkan mataku
perlahan ke arahnya.
"Apa
Mas Askha?" tanyaku dengan suara yang kubuat-buat seperti orang yang
sedikit kesal karena terganggu tidurnya.
"Aku
lapar."
"Terus?"
"Kamu
masak. Aku mau makan." sahutnya enteng sambil beranjak dari duduknya dan
berjalan ke arah pintu kamar.
"Kan
bisa delivery dulu sih Mas, kayak
tadi siang. Harus banget nih gangguin aku istirahat?"
Aku
bicara pada diriku sendiri. Dengan suara mencicit pelan pastinya. Mana
beranilah aku ngomong langsung begitu ke Mas Askha. Baru juga kelar pindahan,
bisa-bisa langsung diusir lagi dari sini. Amit-amit.
Mas
Askha langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya ke arahku.
"Kamu
yang masak. Tadi siang kamu sudah bebas tugas siapin makan siang. Jadi wajar
kalau sekarang aku suruh kamu masak untuk makan malam. It's fair enough." katanya lalu menghilang seiring pintu kamar
yang menutup.
Astaga dragon! Aku lupa kalau Mas Askha ini
sungguh luar biasa. Dia bisa mendengar ucapanku tadi yang sudah sangat pelan.
Yaiyalah dia pasti bisa, baca pikiranku aja dia sudah ahli.
---
Sayup-sayup
aku mendengar suara pintu tertutup dari arah belakangku. Dan tak lama,
kurasakan sisi kasur di belakangku yang bergerak. Aku tetap diam dalam posisiku
meskipun aku sudah terbangun sejak beberapa menit lalu. Kubuka sedikit mataku
untuk mengintip jam beker di nakas, sudah jam dua pagi. Aku langsung merapatkan
mataku begitu aku merasakan Mas Askha merapat ke arahku.
"Na?"
katanya pelan.
"Na?"
katanya lagi & aku masih diam.
"Niana?"
Aku
hanya berdeham dan menggerakkan badanku sedikit dengan mata yang masih
kupejamkan.
"Na?"
katanya lagi dan kurasakan kasur kembali bergerak.
Setelahnya,
kurasakan tangan Mas Askha menyentuh bahuku dan mulai bergerak pelan.
"Mas,
aku tuh capek banget deh rasanya hari ini. Jangan ajak aku olahraga dulu yaa. Pleaseee." batinku. Secara takut
dosa cyiinn karena nolak kasih haknya
suami.
And
eureka!
Tanpa
kuduga-duga, tangan Mas Askha tidak bergerilya dan membuatku terbangun.
Tangannya ini malah memijit bahuku pelan tapi tetap terasa tenaganya. Tumben
banget dia inisiatif mijetin aku. Secara kemarin pas masih di rumah orang
tuaku, aku tuh pernah terang-terangan minta pijetin Mas Askha. Efek hari H itu
kayaknya sih. Jadi badanku kayak masih berasa capek dan pegelnya. Dan saat itu,
bukannya dipijetin gitu barang sebentar, aku malah disuruh panggil tukang urut
atau pergi ke tempat spa dong. Mas Askha kan gitu, baiknya suka
setengah-setengah.
Lalu
kali ini, pijatan tangan Mas Askha sukses membawaku kembali ke alam mimpiku.
Bersambung.......
0 Komentar
Tulis dong kesan pesannya di sini ya! Biar kami tambah semangat nulis beritanya.