When You Come ( part 3.2 )

When you come




(Rekreasi Murah)

Dengan mata yang masih terpejam, aku mendengar suara air yang mengalir. Kubuka mataku sedikit dan kulihat jam di ponselku, sudah jam lima sore bahkan hampir setengah enam. Mungkin Mas Askha lagi mandi. Bodo ah, aku capek. Mau tidur-tidur cantik dulu untuk memulihkan tenagaku.

Begitu suara air berhenti, aku langsung mengubah posisi dan memejamkan mataku lagi. Kudengar langkah kaki menjauh dan disusul suara pintu yang bergeser. Kemudian suara langkah kaki lagi. Pasti Mas Askha lagi mengambil pakaian gantinya.

Tak lama, terdengar suara pintu tertutup pelan dan langkah kaki yang mendekat ke arahku. Aku sudah pernah bilang belum kalau wangi lemon khas Mas Askha ini sering mengganggu konsentrasiku? Termasuk saat aku lagi berpura-pura sekarang ini. Membuatku dengan sekuat tenaga mencoba tetap memejamkan mataku, sambil banyak-banyak menghirup aroma lemon segarnya.

"Na. Na. Niana." ucap Mas Askha sambil menggerak-gerakkan kakiku.

Pasti dia duduk di tepi ranjang, dekat kedua kakiku.

"Na. Niana." ucapnya lagi dan kali ini sambil menggerakkan kakiku cukup kencang.

Astaga, sungguh pengganggu kenyamananku. Aku menggerakkan kakiku pelan sambil mengubah posisiku menjadi terlentang. Kemudian, aku sengaja sok-sok mengerjapkan mataku perlahan ke arahnya.

"Apa Mas Askha?" tanyaku dengan suara yang kubuat-buat seperti orang yang sedikit kesal karena terganggu tidurnya.

"Aku lapar."

"Terus?"

"Kamu masak. Aku mau makan." sahutnya enteng sambil beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar.

"Kan bisa delivery dulu sih Mas, kayak tadi siang. Harus banget nih gangguin aku istirahat?"

Aku bicara pada diriku sendiri. Dengan suara mencicit pelan pastinya. Mana beranilah aku ngomong langsung begitu ke Mas Askha. Baru juga kelar pindahan, bisa-bisa langsung diusir lagi dari sini. Amit-amit.

Mas Askha langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya ke arahku.

"Kamu yang masak. Tadi siang kamu sudah bebas tugas siapin makan siang. Jadi wajar kalau sekarang aku suruh kamu masak untuk makan malam. It's fair enough." katanya lalu menghilang seiring pintu kamar yang menutup.

Astaga dragon! Aku lupa kalau Mas Askha ini sungguh luar biasa. Dia bisa mendengar ucapanku tadi yang sudah sangat pelan. Yaiyalah dia pasti bisa, baca pikiranku aja dia sudah ahli.

---

When you come


Sayup-sayup aku mendengar suara pintu tertutup dari arah belakangku. Dan tak lama, kurasakan sisi kasur di belakangku yang bergerak. Aku tetap diam dalam posisiku meskipun aku sudah terbangun sejak beberapa menit lalu. Kubuka sedikit mataku untuk mengintip jam beker di nakas, sudah jam dua pagi. Aku langsung merapatkan mataku begitu aku merasakan Mas Askha merapat ke arahku.

"Na?" katanya pelan.

"Na?" katanya lagi & aku masih diam.

"Niana?"

Aku hanya berdeham dan menggerakkan badanku sedikit dengan mata yang masih kupejamkan.

"Na?" katanya lagi dan kurasakan kasur kembali bergerak.

Setelahnya, kurasakan tangan Mas Askha menyentuh bahuku dan mulai bergerak pelan.

"Mas, aku tuh capek banget deh rasanya hari ini. Jangan ajak aku olahraga dulu yaa. Pleaseee." batinku. Secara takut dosa cyiinn karena nolak kasih haknya suami.

And eureka!

Tanpa kuduga-duga, tangan Mas Askha tidak bergerilya dan membuatku terbangun. Tangannya ini malah memijit bahuku pelan tapi tetap terasa tenaganya. Tumben banget dia inisiatif mijetin aku. Secara kemarin pas masih di rumah orang tuaku, aku tuh pernah terang-terangan minta pijetin Mas Askha. Efek hari H itu kayaknya sih. Jadi badanku kayak masih berasa capek dan pegelnya. Dan saat itu, bukannya dipijetin gitu barang sebentar, aku malah disuruh panggil tukang urut atau pergi ke tempat spa dong. Mas Askha kan gitu, baiknya suka setengah-setengah.

Lalu kali ini, pijatan tangan Mas Askha sukses membawaku kembali ke alam mimpiku.

Dengan mata yang masih terpejam, aku mendengar suara air yang mengalir. Kubuka mataku sedikit dan kulihat jam di ponselku, sudah jam lima sore bahkan hampir setengah enam. Mungkin Mas Askha lagi mandi. Bodo ah, aku capek. Mau tidur-tidur cantik dulu untuk memulihkan tenagaku.

Begitu suara air berhenti, aku langsung mengubah posisi dan memejamkan mataku lagi. Kudengar langkah kaki menjauh dan disusul suara pintu yang bergeser. Kemudian suara langkah kaki lagi. Pasti Mas Askha lagi mengambil pakaian gantinya.

Tak lama, terdengar suara pintu tertutup pelan dan langkah kaki yang mendekat ke arahku. Aku sudah pernah bilang belum kalau wangi lemon khas Mas Askha ini sering mengganggu konsentrasiku? Termasuk saat aku lagi berpura-pura sekarang ini. Membuatku dengan sekuat tenaga mencoba tetap memejamkan mataku, sambil banyak-banyak menghirup aroma lemon segarnya.

"Na. Na. Niana." ucap Mas Askha sambil menggerak-gerakkan kakiku.

Pasti dia duduk di tepi ranjang, dekat kedua kakiku.

"Na. Niana." ucapnya lagi dan kali ini sambil menggerakkan kakiku cukup kencang.

Astaga, sungguh pengganggu kenyamananku. Aku menggerakkan kakiku pelan sambil mengubah posisiku menjadi terlentang. Kemudian, aku sengaja sok-sok mengerjapkan mataku perlahan ke arahnya.

"Apa Mas Askha?" tanyaku dengan suara yang kubuat-buat seperti orang yang sedikit kesal karena terganggu tidurnya.

"Aku lapar."

"Terus?"

"Kamu masak. Aku mau makan." sahutnya enteng sambil beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar.

"Kan bisa delivery dulu sih Mas, kayak tadi siang. Harus banget nih gangguin aku istirahat?"

Aku bicara pada diriku sendiri. Dengan suara mencicit pelan pastinya. Mana beranilah aku ngomong langsung begitu ke Mas Askha. Baru juga kelar pindahan, bisa-bisa langsung diusir lagi dari sini. Amit-amit.

Mas Askha langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya ke arahku.

"Kamu yang masak. Tadi siang kamu sudah bebas tugas siapin makan siang. Jadi wajar kalau sekarang aku suruh kamu masak untuk makan malam. It's fair enough." katanya lalu menghilang seiring pintu kamar yang menutup.

Astaga dragon! Aku lupa kalau Mas Askha ini sungguh luar biasa. Dia bisa mendengar ucapanku tadi yang sudah sangat pelan. Yaiyalah dia pasti bisa, baca pikiranku aja dia sudah ahli.

---

Sayup-sayup aku mendengar suara pintu tertutup dari arah belakangku. Dan tak lama, kurasakan sisi kasur di belakangku yang bergerak. Aku tetap diam dalam posisiku meskipun aku sudah terbangun sejak beberapa menit lalu. Kubuka sedikit mataku untuk mengintip jam beker di nakas, sudah jam dua pagi. Aku langsung merapatkan mataku begitu aku merasakan Mas Askha merapat ke arahku.

"Na?" katanya pelan.

"Na?" katanya lagi & aku masih diam.

"Niana?"

Aku hanya berdeham dan menggerakkan badanku sedikit dengan mata yang masih kupejamkan.

"Na?" katanya lagi dan kurasakan kasur kembali bergerak.

Setelahnya, kurasakan tangan Mas Askha menyentuh bahuku dan mulai bergerak pelan.

"Mas, aku tuh capek banget deh rasanya hari ini. Jangan ajak aku olahraga dulu yaa. Pleaseee." batinku. Secara takut dosa cyiinn karena nolak kasih haknya suami.

And eureka!

Tanpa kuduga-duga, tangan Mas Askha tidak bergerilya dan membuatku terbangun. Tangannya ini malah memijit bahuku pelan tapi tetap terasa tenaganya. Tumben banget dia inisiatif mijetin aku. Secara kemarin pas masih di rumah orang tuaku, aku tuh pernah terang-terangan minta pijetin Mas Askha. Efek hari H itu kayaknya sih. Jadi badanku kayak masih berasa capek dan pegelnya. Dan saat itu, bukannya dipijetin gitu barang sebentar, aku malah disuruh panggil tukang urut atau pergi ke tempat spa dong. Mas Askha kan gitu, baiknya suka setengah-setengah.

Lalu kali ini, pijatan tangan Mas Askha sukses membawaku kembali ke alam mimpiku.



Bersambung.......




home


Posting Komentar

0 Komentar